Perlu ayah dan bunda ketahui, saat ini banyak film yang ditujukan untuk anak-anak namun ternyata cerita maupun pesan yang terkandung didalamnya tidak layak disebut sebagai tontonan anak-anak. Salah satunya adalah fim kartun.
Menurut Kidia, (Kritis Media untuk Anak), terdapat sebanyak 84% film kartun anak mendominasi siaran televisi di Indonesia. Namun, berdasarkan hasil pemantauan, menunjukkan banyak film kartun yang sebenarnya tidak layak dikosumsi anak usia sekolah dasar, apalagi prasekolah.
Apakah ayah dan bunda tahu? Tayangan televisi mempengaruhi perkembangan kecerdasan, kemampuan berpikir dan imajinasi anak yang disebabkan kehadiran dua stimulus terus-menerus melalui bunyi dan gambar yang terus bergerak. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan anak untuk berkonsentrasi jadi pendek, yaitu hanya antara dua hingga tujuh menit.
Dampak negatif tayangan televisi lainnya adalah berkurangnya aktivitas fisik sehingga anak menjadi kurang terampil, kurang aktivitas, misalnya bermain, kurang sosialisasi dan komunikasi. Pada akhirnya, keterampilan emosi dan sosial anak tidak terlatih. Anak jadi malas dan kurang termotivasi untuk belajar.
Dampak tayangan TV yang lebih buruk terhadap anak adalah meningkatnya agresivitas dan kekerasan dan kematangan seksual secara lebih cepat. Salah satu cntohnya, pernahkah ayah bunda melihat atau membaca berita mengenai anak usia 4 tahun yang meloncat keluar jendela lantai 2 rumahnya dan ia tewas. Hal tersebut ternyata dipengaruhi tayangan film kartun, dimana tokoh didalamnya tidak akan terluka walaupun dipukul, terlindas mobil ataupun jatuh dari ketinggian.
Anak seusia mereka, belum dapat membedakan antara hal yang tidak nyata dengan hal yang sesuai dengan kenyataan. Oleh sebab itu, ayah dan bunda sebagai orang yang paling banyak menghabiskan waktu bersama anak, sebaiknya lebih memperhatikan dan memilah tayangan televisi yang ditonton oleh anak.
Sumber: Buletin PAUD ANAK CERIA UNAIR Volume III Tahun III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar